Total Tayangan Halaman

Senin, 25 Januari 2010

SPIRITUAL FOR SUCCESS


Oleh Boy Hadi Kurniawan
Sebagian orang mengatakan tidak kaitan antara spiritual atau keyakinan pada Tuhan menentukan terhadap keberhasilan hidup. Sebagian orang yang berpahaman atheis atau tidak percaya pada Tuhan, yang katanya mereka menggunakan logika, mengatakan bahwa keberhasilan kita semata-mata ditentukan oleh kekuatan akal dan usaha . Mereka tidak percaya pada kekuatan supranatural dan kekuatan ghaib yang tidak bisa dilihat. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan akhirnya membuktikan kebenaran bahwa kecerdasan spiritual atau keyakinan pada Tuhan menentukan terhadap keberhasilan seseorang.
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli melakukan penelitian tentang potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh manusia sebagai bekal menuju kesuksesan, baik dalam belajar, bekerja ataupun berinteraksi dengan sesame manusia. Mereka lalu menyimpulkan bahwa salah satu kekuatan penentunya, mereka sebut dengan kecerdasan intelektual atau Intellectual Quotient (IQ). Penemuan ini dipopulerkan oleh Binet. Dengan IQ ini, manusia digolongkan menjadi beberapa yaitu idiot/keterbelakangan mental, rata-rata, cerdas, sangat cerdas dan jenius.
Namun mereka menemukan dalam lapangan kehidupan ternyata orang-orang yang memiliki IQ sangat cerdas dan jenius, mereka mengalami kegagalan dalam pekerjaan maupun interaksinya dengan orang lain. Bahkan ada yang terlibat dalam kasus-kasus criminal. Sebagaimana kisah seorang mahasiswa yang jenius yang diceritakan dalam buku Emotional Intelligence, selalu mendapatkan nilai A disemua mata pelajaran. Ketika mendapatkan nilai B pada satu mata pelajaran, dia marah pada dosen yang bersangkutan sampai akhirnya dia melakukan percobaan pembunuhan pada dosen tersebut dengan menusuk dosen itu dengan pisau. Untung saja dosennya tersebut tidak menjadi korban karena kekejaman mahasiswa jenius tersebut.

Banyak juga diantara orang-orang yang diketahui berdasarkan IQ sebagai orang yang cerdas dan jenius, tapi mereka memiliki hubungan yang buruk dengan orang lain, tidak disukai orang, suka berbuat onar bahkan ada yang dipecat atau diberhentikan dari pekerjaannya karena prilakunya yang begatif sangat menonjpol
Kemudian pada tahun 1995, seorang pakar psikologi dan pengembangan diri, Daniel Goleman mempopulerkan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence), dalam bukunya yang sangat terkenal yaitu Emotional Intelligence. Didalam buku tersebut Daniel Goleman mengatakan bahwa penentu kesuksesan bukan saja dari IQ tapi yang paling menentukan adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional yaitu kecerdasan terkait dengan pengenalan emosi diri, emosi orang lain, empati, motivasi diri dan pengendalian emosi. Daniel Goleman mengatakan 80 % penentu kesuksesan seseorang ada pada EQ ini, sementara IQ 5 – 20 % saja. Tetapi kemudian ditemukan kasus salah seorang Pimpinan perusahaan Hyundai Motor, yang cerdas (IQ) dan disukai oleh karyawannya dan memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain(EQ), melakukan bunuh diri. Atau seperti kisah seorang penulis terkenal Dale Carnegie yang juga ditemukan bunuh diri. Para ahli terkejut ketika menyadari ternyata IQ dan EQ juga belum cukup menentukan kesuksesan seseorang.
Namun dalam perjalanannya, pada Tahun 2000 Danah Zohar dan Ian marshal menulis sebuah buku yang juga popular berjudul Spiritual Quotient. Mereka menyimpulkan bahwa kesuksesan itu tidak hanya ditentukan oleh IQ dan EQ akan tetapi yang sangat menentukan sebagai ultimate intelligence (kecerdasan utama) yaitu Kecerdasan spiritual (SQ). kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan dalam berhubungan dengan Tuhan Allah swt. Kemampuan untuk meyakini dan mempercayai kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Mereka mengatakan bahwa dalam diri manusia ada Titik Tuhan (God Spot), titik Tuhan itu yang menyuarakan suara hati nurani manusia, yang melandaskannya pada nilai-nilai moral dan kebenaran. Sehingga orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah orang yang jujur, bertanggung jawab, bijaksana, berani, mau menolong orang tanpa pamrih, dan tidak semata berorientasi pada materi. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan menjadi pribadi yang seimbang, tenang, member kedamaian dan terhindar dari stress, depresi dan kehampaan diri, karena mereka sudah berhasil memaknai kehidupan, dan mereka tahu tujuan hidupnya , dari mana dan mau kemana.
Berdasarkan hal diatas, bahwa kecerdasan spiritual sangat menentukan terhadap keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat. Keyakinan seseorang kepada Allah swt, Sang MAha Pencipta alam semesta membuat orang tersebut akan merasa aman dan tenang ketika dia bersandar dan meminta pertolongan kepada-Nya. Sebagai hamba Allah, keyakinan kita akan Eksistensi Allah dan Sifat-sifat-Nya, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Yang Maha Pemberi Rezki, yang berjumlah 99 sifat yang (Asmaul Husna) membuat kita merasa terlindungi, merasa yakin, bahwa Allah Swt pasti akan menolong hamba-NYa yang mau beribadah, dan meminta kepada-Nya.
Ketika seseorang memiliki kecerdasan spiritual, atau keimanan kepada Allah swt, maka dia akan memiliki : pertama, ketenangan dalam hati, karena dia merasa terlindungi dan tertolong oleh Allah swt, sebagaimana yang dijelaskan diatas. Kedua, terhindar dari perbuatan negative, seperti ketidak jujuran, korupsi, perselingkuhan, mengkonsumsi minuman keras dan narkoba, mencuri hak orang lain, menghilangkan nyawa orang lain, mengambil kehormatan orang lain dan perbuatan negative lainnya, yang jelas-jelas merugikan dirinya dan orang lain. Sebab jelas sekali bahwa Allah swt melarang perbuatan tersebut, yang disampaikan-Nya dalam kitab suci. Ketiga, memiliki sikap dan perbuatan positif yang dapat mengantarkan orang tersebut menjadi pribadi yang disukai orang lain, antara lain jujur, menolong tanpa pamrih, peduli pada orang lain, mengasihi sesama, dapat menjaga dirinya dan kehormatannya.
Apa saja karakter yang dimiliki oleh orang yang memiliki kekuatan dan kecerdasan spiritual. Karakter dan sikap itulah yang mengantarkan mereka pada kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akhirat, antara lain : Pertama, keikhlasan. Seorang yang spiritualis dan beriman kepada Allah, mereka akan menjadi pribadi yang ikhlas, yaitu pribadi yang melakukan amal kebaikan, tanpa mengharapkan balasan jasa dan imbalan materi, ataupun berupa pujian dari orang lain. Mereka akan beramal dengan niat untuk menjalankan perintah Allah berbuat kebaikan demi Allah, untuk mendapatkan balasan dari Allah semata. Sehingga ketika mereka membantu orang lain, ketika bekerja mereka tidak hanya semata-mata berorientasi pada materi. Mereka bekerja dengan keyakinan juga mendapatkan pahala untuk tabungan mereka hidup di akhirat kelak. Apa akibatnya kalau seseorang ikhlas dalam bekerja dan beramal? Tentu sangat berpengaruh terhadap kinerjanya. Kinerjanya akan menjadi positif. Secara tidak langsung dia akan disenangi oleh orang lain. Misalnya seorang guru yang ikhlas dalam mengajar, maka dia tidak hanya mengajar dengan mengharapkan imbalan gaji saja. Tapi dia akan mengajar dengan tulus, memberikan ilmu ang dimilikinya dengan baik, bahkan dia member lebih dari yang diminta kepadanya.
Kedua, keimanan atau keyakinan. Seseorang yang spiritualism maka dia akan menjadi pribadi yang memiliki keyakinan yang tinggi. Pertama sekali tentu keyakinan kepada Allah, Yang Melihat, Mendengar dan Maha Pengasih kepada hamba-NYa. Kemudian keyakinan bahwa setiap perbuatan baik ataupun buruk pasti akan mendapatkan balasan. Perbuatan baik akan mendapatkan balasan sorga yang penuh dengan kenikmatan yang sifatnya abadi dan hakiki. Sedangkan keburukan akan mendapatkan balasan neraka, yang merupakan kesengsaraan dan pembalasan yang menakutkan. Oleh karena itu seorang pribadi yang memiliki keimanan, dia akan menjadi orang baik dan benar, apakah perkataannya, perbuatannya maupun isi hatinya. Tidak hanya manis dimulut tapi juga manis dihati dan perbuatan sehari-hari. Jika pemimpin maupun kita semua memiliki keimanan dan keyakinan ini dalam bekerja maka, akan melahirkan pribadi yang jujur, konsisten, tentu saja berbagai persoalan pribadi, rumah tangga bangsa dan Negara dapat diselesaikan dengan baik. Disamping itu ketika seorang pribadi yang spiritualis yakin bahwa Allah itu Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezki, maka dia akan menjadi jiwa yang tenang, optimis dan tidak akan takut miskin. Sehingga tidak akan muncul pribadi yang stress, putus asa, dan menghalalkan segala cara dalam mencari rezki dan kesejahteraan hidup. Tentu saja dibarengi oleh usaha dan doa serta kebaikan, maka seorang spritualis yakin bahwa inilah jalan menuju kesuksesan yang sejati.
Ketiga, rasa syukur. Seorang pribadi yang spiritualis akan memiliki sifat bersyukur dan berterima kasih atas nikmat yang diterimanya. Sifat ini akan melahirkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hatinya. Ketika seseorang selalu merasa kurang dalam dirinya, apa yang dia miliki tidak dia syukuri. Akan menyebabkan hatinya tidak merasa puas dan jiwanya pun akan selalu gelisah. Namun jika seseorang selalu bersyukur dan merasa puas maka dia akan merasakan kebahagiaan. Arvan Pradiansyah dalam bukunya yang berjudul The Law of Happiness, mengatakan bahwa salah satu cara untuk meraih kebahagiaan yaitu dengan bersyukur terhadap apa yang kita miliki, diri kita, dan keluarga kita. Kemudian dalam buku best seller internasional, The Secret yang dikarang oleh Rhonda Byrne, mengatakan bahwa Rahasia Kekayaan dan Kebahagiaan adalah rasa syukur. Kesyukuran atas harta yang kita miliki akan mengundang munculnya harta yang baru dan kebahagiaan dalam hati.
Keempat. Kesabaran. Dalam ayat al qur’an di katakan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Artinya kesabaran itu akan membuat seorang manusia dekat dengan Allah dan tentu saja mengundang pertolongan dan perlindungan Allah dari kesulitan dan persoalan hidup. Kesabaran ini sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Tanpa kesabaran manusia tidak akan pernah meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup. Hidup ini seringkali diisi dengan ujian, konflik, persoalan, kesulitan, musibah dan bencana. Ujian dan kesulitan itu bisa saja berasal dari Allah untuk menguji sejauh mana kesiapan jiwa kita. Namun Allah menguji manusia sesuai dengna kesanggupannya. Maka ketika seseorang bersabar menghadapi ujian dan persoalan itu, Allah akan mencintai dan bersama dengan orang tersebut. Dalam usaha mewujudkan impian dan cita-cita hidup kita pun diperlukan kesabaran. Kesabaran dalam menghadapi rasa sakit, kesulitan, kegagalan, penolakan orang, lain, ejekan, cemoohan atapun ungkapan pesimisme yang diungkapkan orang lain kepada kita. Kalau tidak ada kesabaran maka manusia tidak akan bisa mencapai impiannya dan meraih kesuksesan. Kesabaran pun sangat penting dalam menjalin hubungan dengan sesame manusia dan keluarga, dengan istri/suami, dengan anak-anak, orang tua maupun karib kerabat. Kesabaran akan membuat seseorang menjadi pribadi yang dicintai orang lain, karena sabar akan melahirkan sikap toleransi dan memaafkan kesalahan orang lain, serta terhindar dari marah dan emosi kepada orang lain. Seorang guru atau dosen yang sabar akan dicintai oleh muridnya, karena tidak pemarah dan suka menghkum muridnya.
Kelima, kejujuran. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Kouzes dan Postner, untuk mencari kriteria dan sifat kepemimpinan yang disukai, mereka melakukan survey selama 10 tahun. Pada penelitian itu responden menjawab kriteria pemimpin yang paling disukai adalah pemimpin yang jujur. Sebanyak 87 % responden memilih kejujuran sebagai sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat seorang pemimpin sejati yaitu Rasulullah saw, yang paling menonjol ada 4 : pertama, shiddiq atau kejujuran. Kedua, amanah. Ketiga, fathanah yaitu cerdas. Keempat, tabligh yaitu menyampaikan kebenaran. Hari ini terjadinya berbagai krisis yang melanda bangsa kita seperti krisis ekonomi, korupsi, krisis moral dan krisis kepemimpinan, maka muaranya adalah krisis kejujuran. Oleh karena itu kalau kita ingin menjadi pribadi yang sukses dunia dan akhirat, sifat yang harus kita miliki dalam diri adalah kejujuran.
Keenam, kecintaan. Cinta adalah kekuatan motivasi terbesar yang dimiliki oleh manusia. Jika manusia memiliki cinta terhadap sesuatu, maka energy cinta itu akan mendorongnya dengan sangat kuat untuk berkorban, memberi dan merindukan yang dia cintai. Dalam al qur’an dikatakan bahwa orang-orang yang beriman itu adalah orang yang amat sangat cintanya kepada Allah. Oleh karena itu cinta yang tertinggi dimiliki oleh seorang pribadi yang spiritualis adalah cinta kepada Tuhan yaitu kepada Allah. Selain itu seorang pribadi yang cerdas secara spiritual maka dalam hatinya ada rasa cinta pada sesama. Ketika dia memiliki rasa cinta kepada Allah, maka dia akan menjadi pribadi yang taat beribadah dan menyembah Allah, serta patuh terhadap perintah maupun larangan-Nya. Sedangkan rasa cinta kepada manusia yang dimiliki pribadi spiritualis menyebabkan dia memiliki kepedulian, kasih saying dan kemauan untuk berkorban demi kebaikan orang lain. Sementara disisi lain kita lihat justru banyak orang yang mau mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya, sehingga timbullah berbagai macam kejahatan dan tindakan criminal.
Ketujuh, ihsan atau kebaikan. Seorang pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual, memiliki sikap ihsan dalam dirinya. Sikap ihsan yaitu sikap yang seakan-akan dia melihat Allah dalam setiap tindakannya. Sebagaimana kata Nabi saw apa yang dimaksud dengan sikap ihsan. Nabi berkata ihsan yaitu ketika kamu beribadah seakan-akan kamu melihat Allah, dan yakin bahwa Allah juga melihat apa yang engkau lakukan. Artinya seorang yang ihsan selalu merasakan kesertaan dan kehadiran Allah dalam setiap tindakannya, sehingga dia akan menjadi pribadi yang terkontrol, dan tidak mau melakukan perbuatan negative walaupun orang lain tidak melihat apa yang dikerjakannya. Sedangkan dalam pengertian lain, sikap ihsan itu adalah sikap yang ketika melakukan sesuatu dia melakukannya dengan sebaik mungkin (professional). Artinya dalam bekerja dia akan bekerja dengan kemampuan terbaik dan potensi maksimal yang dimilikinya, sehingga hasil kerjanya adalah hasil kerja yang terbaik.
Kedelapan, tawakal atau berserah diri. Seorang pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual, memiliki sikap tawakal dalam dirinya. Sikap tawakal adalah sikap pasrah dan berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha dan doa. Sikap tawakal ini terkait dengan hasil yang akan terjadi setelah semua usaha dan doa dilakukan, apakah taawakal terhadap rezki, tawakal terhadap jodoh, dan tawakal terhadap musibah. Sikap ini sangat penting untuk memberikan ketenangan dan optimisme pada jiwa manusia. Orang yang tawakal disamping pasrah, dan menyerahkan hasilnya pada Allah dia juga tetap bersikap optimis bahwa Allah akan membantunya dan menolongnya. Allah berfirman dalam Al Qur’an “Sesudah berazzam (bertekad), maka bertawakkalah kepada Allah”. Tanpa adanya sikap tawakal ini, manusia akan selalu diliputi kekhawatiran, ketakutan dan kecemasan, yang akan dapat memicu depresi, stress, bahkan penyakit seperti penyakit jantung. Misalnya kalau kita tidak tawwakal terhadap rizki, maka kita akan selalu khawatir terhadap rizki kita. Ketika kita tidak tawakal terhadap musibah seperti gempa misalnya, maka kita akan selalu khawatir menjadi korban gempa, sehingga kita tidak tenang tidur, tidak nyaman dirumah dan selalu dirundung ketakutan. Maka kita harus bertawakal kepada Allah, karena Allah sudah memiliki takdir terhadap nasib kita sesudah kita berusaha dan berdoa.
Kesembilan, istiqamah atau konsisten. Sikap istiqamah ini sangat penting dimiliki seorang pribadi spiritualis, karena sikap inilah yang akan membuatnya tetap teguh dan konsisten dalam menjalankan perintah dan larangan-Nya. Setiap tindakan baik akan memiliki tantangan dari dalam maupun dari luar diri dalam melakukannya. Sulit untuk memulai kebaikan, namun lebih sulit untuk mempertahankannya. Kemampuan untuk tetap bertahan dengan sikap baik inilah yang disebut istiqamah. Ketika seorang manusia tidak memiliki sikap istiqamah ini, maka dia akan mudah terombang-ambing dan mudah terpengaruh serta tergoda untuk melakukan kesalahan. Sebagai contoh, ketika sekarang kita sudah menyadari tentang pentingnya kejujuran, maka tanpa sikap istiqamah, besoknya sangat mungkin kita melakukan kebohongan. Ketika hari ini kita menyadari pentingnya beribadah kepada Allah, maka tanpa sikap istiqamah, besoknya kita kembali malas dalam beribadah. Oleh karena itu sikap istiqamah ini yang akan membuat manusia tetap berjalan pada jalan yang benar dan tujuan yang benar.
Kesepuluh, taubat atau perbaikan diri. Seorang pribadi spiritualis memiliki sikap suka bertaubat dan memperbaiki diri. Setiap manusia pasti memiliki kesalahan yang kemudian menyebabkan manusia itu terpuruk dalam kegagalan atau kemaksiatan. Tanpa adanya sikap taubat atau penyesalan akan kesalahan dan dibarengi keinginan untuk memperbaiki diri, maka manusia akan tenggelam dan tetap mengulang perbuatan yang sama. Manusia memiliki sikap khilaf, lupa dan lalai, sedangkan Tuhan Maha Pengampun dan Pengasih pada hamba-Nya.Oleh karena itu manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki dirinya, agar mendapatkan ampunan Allah, dan melepaskan diri dari pernbuatan negative.
Lalu bagaimana cara membangun kecerdasan spiritual ini dalam diri manusia? Ada 2 cara untuk membangun kecerdasan spiritual. Pertama, menjalankan perintah Allah. Kedua, menjauhi dan menghindari larangan-Nya. Menjalankan perintah-Nya yaitu dengan melakukan apa yang disuruh-Nya dalam Kita Suci, seperti menunaikan shalat, berpuasa, bersedekah dan berinfak sebagian harta, berbakti pada orang tua, melakukan amar ma’ruf atau mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan ibadah, melakukan nahi mungkar yaitu mencegah orang dari perbuatan buruk dan maksiat, berjihad atau berjuang untuk menegakkan kebenaran ataupun berjihad untuk mengalahkan hawa nafsunya. Sedangkan menghindarkan larangan-Nya adalah tidak melakukan apa yang dilarang oleh Allah, seperti membunuh, mencuri, mengundi nasib, menyembah Tuhan selain Allah, berzina, meminum minuman keras dan memabukkan, menzalimi orang lain, berjudi, bersekutu dengna syetan untuk melakukan sihir, bersikap pelit dan kikir, berlebih-lebihan dalam makan dan minum serta mencari harta, durhaka pada orang tua, menganiaya istri dan anak-anak, memakan makanan yang haram seperti babi, anjing, dan binatang yang tidak disembelih dengan menyebut nama Allah.
Apa saja pemahaman dan ilmu yang harus dimiliki dalam membangun kecerdasan spiritual. Pertama, ilmu mengenal Allah (makrifatullah). Dengan memiliki ilmu ini kita akan mengetahui keberadaan Allah dari tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada dialam semesta ini, ataupun yang ada pada diri kita. Kedua, ilmu mengenal Rasulullah sebagai pemimpin dan teladan. Ketiga, ilmu mengenal diri sendiri, terkait asal-usul penciptaan manusia, tujuan hidup, sifat-sifat manusia, kelemahan dan kekurangan manusia. Keempat, ilmu mengenal islam, mulai dari rukun iman, rukun islam, akidah, ibadah, akhlak, syariah, muamalah, dakwah dan jihad. Kelima, ilmu membersihkan hati dan jiwa disebut tazkiyatunnafs atau manajemen qalbu. Keenam, ilmu membangun kecerdasan emosional dalam islam disebut (ukhuwah islamiyah).
Demikianlah semoga kita dapat menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual untuk meraih kesuksesan sejati dunia dan akhirat, yang dengannya dapat memahami makna kehidupan ini dan menjadi pribadi yang mulia dan memuliakan orang lain. Kebahagiaan yang sejati ada pada hati yang dekat kepada Tuhan, Allah SWT, Sang Maha Kuasa dan Maha Pengasih kepada hamba-Nya.

Tidak ada komentar:

CONSISTENT TO SUCCESS

CONSISTENT TO SUCCESS