Total Tayangan Halaman

Senin, 25 Januari 2010

“DAHSYATNYA KESABARAN”

Oleh Boy Hadi Kurniawan
Dan Allah mencintai Orang-orang yang sabar QS Ali Imran: 146
Kehidupan kita tidak bisa dilepaskan dari persoalan, musibah ataupun kesulitan. Kehidupan ini juga tidak lepas dari godaan hawa nafsu dan ambisi yang dapat mengantarkan manusia pada perbuatan yang menyimpang dari jalur kebenaran. Banyak orang yang mengalami kegagalan, depresi, putus asa dalam menghadapi musibah dan kesulitan hidup, sehingga ada yang mengalami sakit jiwa bahkan ada yang bunuh diri. Banyak juga orang yang terjerumus pada perbuatan dosa dan salah seperti berzina, mengambil hak orang lain, memperkosa, korupsi, berselingkuh, kecanduan narkoba/minuman keras, bahkan sampai menghabisi nyawa orang lain. Kenapa hal ini terjadi? Kenapa manusia bisa lebih keji dan jahat daripada binatang?
Menurut penulis, semua itu disebabkan karena manusia itu tidak memiliki yang namanya “kesabaran”. Pada ayat di atas, kita melihat Allah mengatakan bahwa Ia mencintai orang-orang yang sabar. Hal ini menunjukkan betapa sifat sabar ini adalah sifat yang disukai bahkan dicintai oleh Allah dari kita hamba-Nya. Imam Ibnul Qayyim dalam buku Madarijus Salikin mengutip dari Imam Ahmad mengatakan, bahwa 90 kali Allah mengulangi tentang sabar ini dalam al qur’an. Syaikh Yusuf al Qardhawi dalam bukunya “Sabar” mengatakan bahwa sabar ini adalah akhlak yang paling utama dan paling banyak disebut Allah dalam Al Qur’an.
Kita akan mencoba membahas dan mengkaji, apa keunggulan dan kehebatan yang dimiliki oleh seseorang jika dia memiliki sikap sabar ini yang akan mengantarkannya pada kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada ayat yang lain Allah mengatakan orang-orang yang sabar itu adalah orang yang akan memperoleh kemenangan “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang”. QS al Mukminuun : 111.

Menurut Yusuf Qardhawi, sabar menurut bahasa artinya menahan dan mengekang. Sedangkan kebalikan dari sabar adalah jaza’u atau sedih dan keluh kesah. Orang yang sabar berarti orang yang dapat menahan dan mengekang emosi ataupun hawa nafsunya sehingga tidak bersedih atau tidak berkeluh kesah, ketika menghapi kesulitan dan persoalan hidup.
Bagi kita yang menginginkan kesuksesan dan kebahagiaan hidup, maka salah satu resep ampuh yang harus kita miliki dalam diri adalah memiliki sikap sabar ini. Tanpa kesabaran sebagaimana yang sudah disebutkan diatas, manusia akan mudah putus asa dan frustasi. Tanpa kesabaran manusia tidak sanggup mengendalikan hawa nafsunya. Tanpa kesabaran manusia akan berhenti menggapai cita-citanya.
Dalam kehidupan keluarga kita juga dapat melihat betapa pentingnya sifat sabar ini. Kesabaran diperlukan dalam membangun hubungan harmonis antara suami dan istri. Kita menyadari pasangan hidup kita atapun diri kita sendiri pasti memiliki kekurangan, yang mungkin dahulu tidak kita ketahui sebelum kita menikah. Kadang-kadang dalam rumah tangga kita berbeda pendapat, berbeda sikap dan berbeda dalam gaya hidup. Kalau kita dapat bersabar menghadapi pasangan hidup kita, ketika dia mungkin berbuat kesalahan atau kekhilafan, maka masalah yang muncul tidak akan membesar. Namun tanpa kesabaran sebuah rumah tangga akan selalu diwarnai oleh konflik yang berkepanjangan dan bisa berakhir pada perceraian, yang tentu saja setiap orang yang membangun rumah tangga sebelumnya tidak pernah berniat menikah untuk bercerai. Inilah peran penting kesabaran dalam membangun hubungan suami istri.
Begitu juga dalam mendidik anak diperlukan kesabaran. Tanpa kesabaran kita mungkin akan mudah terpancing emosi dan marah ketika melihat anak kita melakukan kesalahan. Padahal kesalahan itu wajar, karena memang anak kita itu memang masih “anak-anak”. Banyak orang tua yang akhirnya anaknya menjadi suka melawan karena ternyata orang tua juga sering bersikap tidak sabar menghadapi anaknya. Sehingga ada yang suka marah-marah, suka memukul dan suka memberikan hukuman yang kadangkala jauh dari unsure mendidik, karena dominan adalah emosi dan kemarahan. Secara psikologis anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tidak sabar akan terganggu. Bisa menyebabkan anak mengalami stress, depresi dan tidak percaya diri.
Apalagi dalam bekerja dan menempuh karir. Kita sangat memerlukan kesabaran. Adakalanya pekerjaan yang kita lakukan, membuat emosi dan perasaan kita terkuras. Misalnya kita ditegur atasan atau dikritik oleh teman sekantor. Kalau kita tidak memiliki kesabaran, mungkin saja kita akan bersikap agresif, dengan membalas ataupun bisa juga karena tidak tahan kita memilih keluar dari pekerjaan kita. Apakah itu solusi yang terbaik? Memang adakalanya kalau pekerjaan yang kita lakukan sudah diluar batas kemampuan kita menerimanya, mungkin jalan terbaik adalah keluar. Tapi kalau kita memilih berhenti bekerja, hanya gara-gara tidak siap dikritik, tidak siap ditegur karena kesalahan kita sendiri, maka bekerja dimanapun kita hasilnya akan tetap sama. Hanya orang-orang yang memiliki kesabaran yang dapat bertahan menghadapi berbagai persoalan dan ujian dalam bekerja. Seorang pekerja atau karyawan yang sabar, maka dia akan disukai oleh teman sekantor ataupun pimpinannya, karena dia memiliki etos kerja yang tinggi dan mentalitas yang kuat, menghadapi tuntutan kerja yang tidak mudah.
Sebagai seorang pimpinan, maka kesabaran juga harus kita miliki agar menjadi pemimpin yang sukses, dipatuhi dan dicintai oleh bawahan kita. Seorang pemimpin yang tidak sabar, akan mudah marah, mudah mengkritik, mudah menuding, bahkan mudah memberhentikan karyawannya hanya karena memperturutkan emosinya. Sikap pemimpin seperti ini, akan membuat dia dibenci dan dimusuhi oleh bawahannya. Mungkin karena takut karyawannya akan terlihat patuh dan taat didepannya. Tapi dibelakang mereka membicarakannya, bahkan mereka melawan secara diam-diam dalam bentuk lain.
Penulis pernah punya pengalaman bekerja disebuah Perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin yang tidak sabaran ini. Setiap hari dia selalu marah-marah pada karyawannya. Setiap ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya maka dia mudah terpancing emosi, bahkan mengeluarkan kata-kata kasar. Akibatnya banyak orang yang tidak bertahan lama bekerja disana. Walaupun gajinya besar, namun hati gelisah dan was-was kalau-kalau kena marah. Padahal penulis pernah membaca sebuah buku manajemen dan kepemimpinan yang berjudul “Berikan wortel pada bawahanmu, jangan berikan tongkat”. Buku ini menjelaskan bahwa kiat yang paling efektif untuk memotivasi bawahan bukan dengan memberikan hukuman, tapi dengan memberi penghargaan.
Kembali pada kisah tadi, ternyata secara diam-diam bawahannya melampiaskan kemarahan balik kepada pimpinannya dengan berbuat tidak jujur, ada yang menggelapkan barang-barang perusahaan dengan diam-diam, tanpa sepengetahuan si pimpinan ini. Apalagi manajemen yang dipakainya adalah manajemen tradisional, dimana kekuasaan dan pengawasan semuanya berpusat pada dirinya. Tidak ada pendelegasian wewenang, karena dia tidak mau menambah pengeluaran dengan menggaji orang lain. Akibatnya penyimpangan dalam skala kecil kadang tidak disadari dan diketahui oleh dirinya, tapi hal itu berlangsung lama. Dapat kita bayangkan akibatnya dia rugi tanpa disadarinya.
Dalam dunia professional kesabaran ini juga sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah dunia marketing dan sales. Seorang sales yang ingin mendapatkan pembeli yang loyal dan banyak, maka dia harus memiliki kesabaran dalam menghadapi berbagai macam karakter pembelinya. Ada mereka yang cuek, meremehkan, tidak mudah percaya, kritis, bahkan ada yang suka marah dan tersinggung. Jika seorang sales tidak sabar maka akan mudah dia meninggalkan si calon pembeli, padahal sebenarnya potensi pembeliannya sangat besar. Tapi akibat ketidak sabarannya dia gagal.
Penulis mencoba membagi kesabaran atas 2 garis besar. Pertama, kesabaran dalam menghadapi hal yang kita sukai. Kedua, kesabaran dalam menghadapi hal yang tidak kita sukai.
Kesabaran dalam hal yang disukai maksudnya, kesabaran kita dalam mengendalikan nafsu dan keinginan terhadap hal yang kita sukai. Contoh manusia suka makan dan minum, tapi jika tidak sabar (mengendalikan diri) dalam makan dan minum, sehingga bisa berlebihan yang dapat membahayakan kesehatan. Kita suka terhadap lawan jenis, namun jika tidak sabar/mengendalikan diri, maka kita dapat terjatuh dalam perzinaan/hubungan diluar nikah dan perselingkuhan, yang membahayakan terhadap kesehatan yaitu penyakit kelamin. Dan lebih membahayakan lagi pecahnya bahtera rumah tangga, dan teraniayanya nasib anak-anak sebagai akibatnya. Kemudian contoh berikutnya, kita suka terhadap harta, namun jika tidak sabar dalam mencari harta, maka manusia bisa menjadi pencuri dan penipu. Jika tidak sabar/mengendalikan dalam menggunakan harta, maka harta dihambur-hamburkan dengan berfoya-foya, setelah habis barulah kemudian sadar bahwa dia telah membuang-buang hartanya untuk hal-hal yang tidak penting. Tidak sabar dalam menggunakan harta bisa juga mengakibatkan kita menggunakan harta untuk berbuat kejahatan dan penyimpangan, seperti menggunakan harta untuk berselingkuh, berzina, menipu orang lain, membangun tempat-tempat maksiat, menjual barang-barang terlarang seperti narkoba, miras dan sebagainya.
Sedangkan kesabaran dalam hal yang tidak kita sukai, adalah kesabaran dalam menghadapi kesulitan, musibah, kemiskinan, kematian orang yang dicintai ataupun berbagai persoalan hidup yang terjadi.
Imam Al Ghazali membuat 2 kategori kesabaran. Pertama kesabaran fisik yaitu kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan masalah-masalah fisik, seperti sakit, luka, keletihan dalam beribadah dan bekerja. Kedua, kesabaran non fisik yaitu kesabaran dalam mengendalikan nafsu dan kesulitan. Bentuk kesabaran non fisik ini beraneka ragam seperti sabar/mengendalikan perut dan kemaluan disebut iffah. Sabar dalam musibah peperangan disebut syaja’ah (berani). Sabar dalam mengekang kemarahan disebut al Hilmu (lemah lembut). Sabar dalam menghadapi bencana menyedihkan disebut shalamus shadr (lapang dada). Sabar dalam kelebihan materi/ekonomi disebut zuhud (sederhana). Sabar dalam mendapatkan rezki disebut Qana’ah (menerima).
Pada hakikatnya ada orang yang sanggup bersabar menghadapi hal-hal yang tidak dia sukai. Ketika dalam kesulitan baik kesulitan ekonomi dan kesulitan materi dia dapat merasakan kedekatan kepada Allah dan tinggi kecerdasan spiritualnya. Dia menjadi lebih rajin shalat dan berdoa, supaya dikeluarkan dari kesulitan tersebut. Namun ketika menghadapi kesenangan dia tidak dapat bersabar. Justru dia semakin lupa dan lalai beribadah pada Allah, ditambah lagi banyaknya harta dapat memicu manusia untuk melampiaskan nafsunya diluar batas, karena dengan harta, nafsu dapat dipenuhi seperti nafsu perut, nafsu syahwat kemaluan dan nafsu ambisi kekuasaan.
Dari mana munculnya sifat sabar ini? Sifat sabar ini muncul dari hati yang kuat, jiwa yang tenang dan pikiran yang jernih. Makanya orang yang sabar itu hakikatnya adalah orang yang kuat dan menang, bukan orang yang lemah dan kalah. Tidak mesti dengan membalas menyerang itu pertanda kekuatan, dan tidak membalas itu tanda kelemahan. Justru orang yang menahan diri ketika dia dizalimi orang lain sesungguhnya dia telah menang. Mengapa menang? Karena dia telah menanamkan energy positif pada orang tersebut. Pada hakikatnya dia sudah memberi pada orang yang menzaliminya. Hal ini sama dengan filosofi pohon berbuah, dilempar dengan batu membalas dengan buah.
Orang yang memberi berarti dia yang memiliki kelebihan. Sementara orang yang mengambil berarti dia memiliki kekurangan. Pada hakikatnya orang yang menzalimi orang lain sedang mengambil sesuatu dari orang lain, bisa jadi berupa materi ataupun mengambil pikiran dan hati orang tersebut. Stepen R Covey mengatakan ketika kita bersikap negative ibarat kita sedang menanam energy negative, sedangkan sifat sabar, menahan diri dan memaafkan ibaratkan kita menanam energi positif. Memang tidak gampang, diperlukan latihan dan proses untuk itu. Tapi kita akan merasakan manfaatnya jika mencoba menerapkannya.
Orang yang sabar pada prinsipnya dapat memilah sikap yang membuat dia tidak merasa disakiti atau tersakiti oleh orang lain. Karena ada sebuah ungkapan menyatakan “ anda bisa disakiti atau disinggung oleh orang lain karena anda membiarkannya”. Apa maksud ungkapan ini? Kita bisa memilih sikap seperti apa yang kita lakukan, dalam menghadapi sikap orang lain terhadap kita. Misalkan orang lain marah pada kita, maka ada beberapa pilihan kita dalam menghadapinya. Pertama, kita marah juga, sehingga api kemarahan akan semakin besar antara anda berdua. Kedua, anda pergi meninggalkan orang itu. Ketiga, anda menasehati orang tersebut. Keempat, anda diam saja tanpa memasukan kemarahan orang itu kehati, anda menganggap orang itu sedang dikendalikan oleh nafsunya, kemudian dengan ketenangan bahkan sebuah senyuman anda menanggapi sikap orang tersebut.
Kira-kira dari tanggapan diatas, mana yang anda pilih selama ini? Ya ketika anda marah, maka anda sama dengan dia, masalah tidak akan selesai bahkan semakin besar. Ketika anda pergi meninggalkanya saat marah maka dia mungkin akan tambah marah karena anda seakan mengacuhkannya. Ketika anda menasehatinya anda mungkin bisa meredakan kemarahannya, tapi bisa juga membuat dia tambah marah, sambil mengatakan “saya pula yang kamu ajari! Memangnya kamu siapa!. Jika anda menghadapinya dengan tenang, maka ketenangan anda akan mempengaruhi orang tersebut, minimal akan meredam kemarahannya. Minimal hati kecilnya akan berkata, ini orang saya marah-marah tapi dia tetap tenang. Biasanya kalau sadar orang tersebut akan malu sendiri terhadap sikapnya.
Apa penyebab seseorang mudah kehilangan kesabaran?pertama bisa disebabkan karena factor pendidikan dan lingkungan yang membentuk kepribadiannya. Anak yang terlahir dan terdidik dari keluarga yang tidak sabar, mudah putus asa, mudah memperturutkan nafsu, berpikir negative ataupun mudah emosi, maka akan cendrung memiliki sikap seperti itu. Namun semua hal itu bisa dirubah, jika orang tersebut menyadari perbuatannya dan memiliki nilai-nilai spiritual dalam diri, karena Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia mencintai orang-orang yang sabar. Seseorang yang beriman kepada Tuhan Allah swt, maka dia akan berusaha untuk menjadi pribadi yang sabar agar mendapatkan cinta-Nya.
Kedua, karena pikiran negative. Seseorang yang berpikir negative akan mudah berburuk sangka kepada orang lain ataupun kepada dirinya sendiri. Akibatnya ketika mendapatkan respon negative dari lingkungan ataupun orang lain, maka dengan pikiran negative respon itu bisa menjadi lebih besar daripada yang sebenarnya. Akibatnya dia menumbuhkan benih-benih emosi dalam dirinya. Ataupun benih-benih keputus asaan dalam dirinya. Misalkan, seseorang yang mencoba untuk menjual sebuah barang atau jasa pada orang lain, kemudian orang lain itu bersikap negative dan menolak produknya, karena berpikir negative dia beranggapan bahwa orang tersebut menolak karena barang atau jasanya tidak bagus, atau dia memang tidak pandai menjual, sehingga berikutnya dia tidak lagi mau menawarkan barang dan jasanya pada orang lain. Padahal bisa saja orang ini menolak karena memang tidak punya uang dan tidak membutuhkan, sementara orang lain belum tentu kondisinya sama dengan dia. Oleh karena itu ada pepatah mengatakan orang gagal melihat kegagalan itu sebagai sesuatu yang permanen, sementara orang sukses melihat kegagalan itu bersifat sementara.
Kadangkala setiap kesulitan dan kegagalan yang kita alami, sebenarnya dalam rangka meningkatkan kualitas diri kita. Penulis dan kita semua mungkin pernah merasakan berbagai kegagalan dan msalah berat dalam hidup. Namun ketika kita berhasil melewati persoalan tersebut, rasanya jiwa kita dan pikiran kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Sehingga ketika menghadapi masalah yang lain lagi, kita menjadi lebih tenang dan lebih tegar. Kita pernah mendengar pepatah, bahwa pelaut yang tangguh tidak dilahirkan dilaut yang tenang, tapi dilaut yang garang. Maka kunci keberhasilan dalam menghadapi masalah itu adalah kesabaran. Makanya Allah mengatakan sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar, bahkan Allah menjanjikan surge bagi orang yang sabar. Musibah atau ujian pada hakikatnya datang pada kita bisa jadi Karena kesalahan kita sendiri, bisa jadi karena Allah ingin menguji kita. Siapa diantara kita yang dapat lulus ujian, maka dialah yang mendapatkan tempat terbaik disisi Allah. Maka orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian ini, berarti dia telah lulus sehingga di Mata Allah peringkatnya telah naik dan lebih baik dari sebelumnya.
Jika kita melihat dari sejarah, maka sifat sabar adalah sifat utama dari semua Nabi dan Rasul yang diturunkan Allah. Mereka menghadapi berbagai macam ujian dan kesulitan dalam menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Mereka menghadapi ancaman, penghinaan bahkan pembunuhan, dari penguasa dan pemimpin yang zalim. Namun kesabaran membuat mereka akhirnya menang dan mampu menaklukan para pemimpin yang zalim tersebut. Seperti kesabaran Nabi Ibrahim dalam menghadapi Raja Namrudz sehingga akhirnya namrudz menemui kekalahannya hanya karena seekor nyamuk. Kesabaran Nabi Musa menghadapi Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan dan membunuh semua anak laki-laki di mesir, sehingga akhirnya Firaun tenggelam di laut merah. Kesabaran Nabi Yusuf as, menghadapi tuduhan dan fitnah ingin berbuat zina dengan istri pembesar mesir, yang akhirnya mengantarkan Nabi Yusuf sebagai Penguasa Mesir. Kesabaran Nabi Muhammad menghadapi kaum Quraisy yang ingin melenyapkan dan membunuh beliau, sampai akhirnya beliau bisa menaklukan kota Mekkah tanpa perlawanan. Inilah kekuatan dan dahsyatnya kesabaran, yang akhirnya membuahkan kemenangan dalam kehidupan.
Jika kita merujuk pada definisi kecerdasan emosi yang di kemukakan oleh Daniel Goleman, maka kesabaran termasuk ciri orang yang memiliki kecerdasan emosi, yaitu pengendalian emosi. Percobaan marshmallow kepada anak-anak usia 4 tahun membuktikan mereka yang dapat menahan dan mengontrol keinginannya adalah orang yang akan meraih kesuksesan dalam pergaulan dan kehidupan.
Namun sabar yang dikemukakan oleh Goleman itu, hanya dalam konteks hubungan sesame manusia. Sementara sabar yang kita kemukakan disini adalah sabar secara horizontal dalam berhubungan dengan manusia dan sabar secara vertical dalam membangun hubungan dengan Tuhan.
Kalau memang sedemikian pentingnya kesabaran itu untuk meraih kesuksesan, bagaimana cara menjadi pribadi yang sabar sementara selama ini kita sering tidak sabaran?
Pertama menjauhkan dan mengendalikan prilaku yang dapat merusak kesabaran kita. Menurut Yusuf Qardhawi perilaku yang dapat merusak kesabaran yaitu :
1. Isti’jal atau tergesa-gesa, yaitu sikap yang ingin cepat mendapatkan apa yang diinginkan. Sehingga ketika lama menunggu dia dapat kehilangan kesabarannya.
2. Al Ghadhdhab atau Marah, yaitu sikap yang suka melampiaskan kekesalan atau ketidak sukaannya pada sesuatu atau orang lain secara ekpresif. Orang yang pemarah mudah tidak sabar dalam menghadapi situasi dan orang yang tidak disukainya
3. Sedih dan sempit dada yaitu sikap yang membiarkan diri berlarut-larut dalam kesedihan dan mudah sempit dada dalam menghadapi masalah. Orang yang bersikap seperti ini akan menjadi tidak sabar
4. Putus asa, yaitu sikap mudah menyerah, kehilangan harapan dan mudah mundur ketika menghadapi kesulitan dan persoalan hidup, maka orang seperti ini tidak memiliki sifat sabar dalam hatinya.
Kedua, mengetahui hakikat dan karakter hidup didunia. Sesungguhnya lapang dan sempit, susah dan mudah, tua dan muda, sehat dan sakit, kesulitan dan kemudahan merupakan sifat dan sunnatullah dunia. Orang yang memahami watak kehidupan dunia, maka dia bisa memahami saat menghadapi kesulitan ini adalah suatu kewajaran, karena tidak ada orang yang selamanya berada diatas, namun adakalanya berada dibawah. Pepatah mengatakan bahwa hidup ini seperti roda yang berputar, kadang berada diatas, kadang berada dibawah. Orang yang memahami hakikat dan watak kehidupan ini, maka dia akan bersabar ketika rodanya berada dibawah, karena dia yakin pada janji Allah “sesudah kesulitan akan ada kemudahan”.
Ketiga, meyakini pertolongan dan balasan yang baik dari sisi Allah jika bersabar. Keyakinan spiritual bahwa Allah mencintai orang-orang yang sabar, akan membuat kita berkeinginan untuk menjadi pribadi yang sabar.
Keempat, berpikir positif dan berbaik sangka baik kepada diri sendiri, orang lain ataupun kepada Allah swt. Sesungguhnya pikiran kita adalah Raja yang akan menentukan baik dan buruknya diri kita. Kita telah membahas bahwa pikiran positif sangat besar manfaatnya bagi kita, termasuk untuk menumbuhkan sifat sabar. Orang berpikir positif selalu melihat masalah dari sudut pandang yang positif dan selalu mengambil hikmah posiitf, sehingga dia dapat bersabar dalam menghadapi kegagalan ataupun kesulitan hidup.
Kelima, ikhlas atau positive feeling. Orang yang ikhlas akan siap menerima dengan lapang dada apa yang dialaminya dalam kehidupan, karena orang yang ikhlas menggantungkan harapan dan tujuannya hanya untuk Allah semata, sehingga mereka dapat bersabar dalam menerima semua takdir Tuhan ataupun masalah akibat kelalaiannya sendiri.

Tidak ada komentar:

CONSISTENT TO SUCCESS

CONSISTENT TO SUCCESS