Oleh Boy Hadi Kurniawan
Sebagian orang mengatakan tidak kaitan antara spiritual atau keyakinan pada Tuhan menentukan terhadap keberhasilan hidup. Sebagian orang yang berpahaman atheis atau tidak percaya pada Tuhan, yang katanya mereka menggunakan logika, mengatakan bahwa keberhasilan kita semata-mata ditentukan oleh kekuatan akal dan usaha . Mereka tidak percaya pada kekuatan supranatural dan kekuatan ghaib yang tidak bisa dilihat. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan akhirnya membuktikan kebenaran bahwa kecerdasan spiritual atau keyakinan pada Tuhan menentukan terhadap keberhasilan seseorang.
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli melakukan penelitian tentang potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh manusia sebagai bekal menuju kesuksesan, baik dalam belajar, bekerja ataupun berinteraksi dengan sesame manusia. Mereka lalu menyimpulkan bahwa salah satu kekuatan penentunya, mereka sebut dengan kecerdasan intelektual atau Intellectual Quotient (IQ). Penemuan ini dipopulerkan oleh Binet. Dengan IQ ini, manusia digolongkan menjadi beberapa yaitu idiot/keterbelakangan mental, rata-rata, cerdas, sangat cerdas dan jenius.
Namun mereka menemukan dalam lapangan kehidupan ternyata orang-orang yang memiliki IQ sangat cerdas dan jenius, mereka mengalami kegagalan dalam pekerjaan maupun interaksinya dengan orang lain. Bahkan ada yang terlibat dalam kasus-kasus criminal. Sebagaimana kisah seorang mahasiswa yang jenius yang diceritakan dalam buku Emotional Intelligence, selalu mendapatkan nilai A disemua mata pelajaran. Ketika mendapatkan nilai B pada satu mata pelajaran, dia marah pada dosen yang bersangkutan sampai akhirnya dia melakukan percobaan pembunuhan pada dosen tersebut dengan menusuk dosen itu dengan pisau. Untung saja dosennya tersebut tidak menjadi korban karena kekejaman mahasiswa jenius tersebut.
Sebagian orang mengatakan tidak kaitan antara spiritual atau keyakinan pada Tuhan menentukan terhadap keberhasilan hidup. Sebagian orang yang berpahaman atheis atau tidak percaya pada Tuhan, yang katanya mereka menggunakan logika, mengatakan bahwa keberhasilan kita semata-mata ditentukan oleh kekuatan akal dan usaha . Mereka tidak percaya pada kekuatan supranatural dan kekuatan ghaib yang tidak bisa dilihat. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan akhirnya membuktikan kebenaran bahwa kecerdasan spiritual atau keyakinan pada Tuhan menentukan terhadap keberhasilan seseorang.
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli melakukan penelitian tentang potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh manusia sebagai bekal menuju kesuksesan, baik dalam belajar, bekerja ataupun berinteraksi dengan sesame manusia. Mereka lalu menyimpulkan bahwa salah satu kekuatan penentunya, mereka sebut dengan kecerdasan intelektual atau Intellectual Quotient (IQ). Penemuan ini dipopulerkan oleh Binet. Dengan IQ ini, manusia digolongkan menjadi beberapa yaitu idiot/keterbelakangan mental, rata-rata, cerdas, sangat cerdas dan jenius.
Namun mereka menemukan dalam lapangan kehidupan ternyata orang-orang yang memiliki IQ sangat cerdas dan jenius, mereka mengalami kegagalan dalam pekerjaan maupun interaksinya dengan orang lain. Bahkan ada yang terlibat dalam kasus-kasus criminal. Sebagaimana kisah seorang mahasiswa yang jenius yang diceritakan dalam buku Emotional Intelligence, selalu mendapatkan nilai A disemua mata pelajaran. Ketika mendapatkan nilai B pada satu mata pelajaran, dia marah pada dosen yang bersangkutan sampai akhirnya dia melakukan percobaan pembunuhan pada dosen tersebut dengan menusuk dosen itu dengan pisau. Untung saja dosennya tersebut tidak menjadi korban karena kekejaman mahasiswa jenius tersebut.